Kiat Rangsang Warga Nyontreng dengan TPS Unik
Dana Urunan, Tiap Pemilihan Selalu Berbeda Tema
Banyak cara untuk mengajak warga menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2009 kali ini. Salah satunya mendesain tempat pemungutan suara (TPS) semenarik mungkin. Seperti yang dilakukan warga Lingkungan Kedung Kwali, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon.
CukX__ Mojokerto
JAM sudah menunjukkan pukul 07.00. Udara pagi itu cukup
terasa dan terlihat mendukung momentum besar Pilpres 2009. Beberapa warga di Lingkungan Kedungkwali Gang IX Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto tampak berjalan kaki menuju lokasi TPS 6. Tetapi ada juga diantara mereka yang menggunakan motor.
Tidak sulit menemukan lokasi TPS itu. Hanya butuh waktu dengan berjalan kaki sekira 5 menit dari depan gang. Begitu memasuki Lingkungan Kedungkwali Gang IX Kelurahan Miji, pandangan mata akan tertuju pada TPS 6, di pekarangan warga setempat.
Betapa tidak, TPS dihias dengan unik. Berbagai sayuran dan kerupuk ada di sana. Sebuah tenda tampak berdiri kokoh dengan tanaman hias gantung
yang memanfaatkan media pot, yang terbuat dari botol plastik di sekitarnya.
Di bawah tenda, berjejer kerupuk berukuran besar yang digantung dengan menggunakan tali. Kerupuk-kerupuk dengan ukuran diameter sekitar 30 sentimeter tersebut terbungkus plastik transparan.
Di bagian tepi tenda, berbagai macam sayuran seperti terong, ubi jalar dan aneka sayuran lainnya tampak terpajang di tenda berwarna hijau. Di kanan, dua jeriken minyak tanah dan tiga tabung elpiji ukuran lima kilogram juga ikut dipasang.
’’Selamat datang bagi para pemilih yang sudah hadir, silakan daftar terlebih dahulu dan mengambil kertas suaranya, ingat suara kita menentukan masa depan bangsa lima tahun mendatang,’’ ujar Ketua KPPS setempat, Ahmad Syafi’i menyerukan kepada warga.
Mendengar instruksi dari Ketua KPPS, warga pun langsung mengambil surat suara dan menuju empat bilik masing-masing berukuran 1x1 meter. Proses pencontrengan ini tidak sampai memakan waktu lebih dari lima menit.
Ada yang mengatakan,’’Wah, seperti suasana kampung ya, apalagi banyak kerupuk, mungkin setelah memilih kerupuknya akan dibagikan. Jadi ingat
suasana pedesaan,’’ celetuk salah satu calon pemilih. Mendengar itu, para
petugas pun membalas dengan senyum ramah.
Sebagian warga mengungkapkan, mereka sangat senang dengan ide kreatif seperti ini. ’’Dengan menggunakan tema seperti ini, akan menjadikan pemilih semakin semangat ke TPS, sehingga angka golput berkurang,’’ ujar Rianto, salah seorang warga yang ikut memilih.
Memang, untuk mendekorasi TPS, butuh waktu seharian. Semua dikerjakan secara gotong-royong oleh warga setempat. Ada yang membantu pagi, siang atau malam. Dengan antusias, warga bekerja nyaris tanpa perintah. Ide dan gagasan pun mengalir begitu saja, dengan asas musyawarah untuk mufakat. ’’Saya hanya mengoordinasi usul teman-teman,’’ kata Achmad Syafi’i, ketua KPPS.
Selain ide dan gagasan, warga juga turut membantu untuk masalah pembiayaan. ’’Mereka sukarela membantu semata-mata ingin menyukseskan Pilpres,’’ ujarnya. Sejak awal, KPPS memang melibatkan warga dalam melakukan desain TPS yang akan mereka gunakan.
Pemilihan itu pun ada dasar filosofinya. Dipasang berbagai aneka sembako dengan alasan apakah pemerintah mampu mengendalikan harga sembako. ’’Presiden yang terpilih nanti apa juga harus bisa membuktikan apakah mampu membuat nelayan mencari ikan dengan mudah, pendidikan gratis, petani makmur sehingga seluruh masyarakat sejahtera. Itu pesan yang ingin kami sampaikan,’’ ujar Syafi’i.
Digunakan tiga elpiji serta dua jeriken yang dipinjam dari warga sekitar menurutnya adalah harapan warga agar program pemerintah yang melakukan konversi tidak membuat warga kesulitan.
Disebutkan Syafi’i, saat ini di TPS 6 ada 603 pemilih. ’’Alhamdulillah semuanya melakukan hak pilihnya di TPS ini, berarti semua peduli dengan masa depan bangsa,’’ ujarnya.
Tidak itu saja, setiap perhelatan demokrasi lima tahun, TPS 6 lalu menjadi jujugan para wartawan. Baik media cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan, setiap pemilihan baik pemilihan wali kota, pemilihan Gubernur, pemilihan legislatif hingga pilpres, di TPS ini selalu mendesain agar berbeda dengan TPS lainnya.
Tema yang mereka angkat pun berbeda-beda. Pada pemilihan wali kota lalu misalnya, di TPS ini menggunakan tema Gus-Yuk, sedangkan untuk tema gubernur dipilih tema pertanian. ’’Untuk pemilihan legislatif lalu dipilih caleg stres karena pasti banyak caleg yang gagal,’’ ujar Hani, 22, salah seorang petugas KPPS.
Banyak cara untuk mengajak warga menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2009 kali ini. Salah satunya mendesain tempat pemungutan suara (TPS) semenarik mungkin. Seperti yang dilakukan warga Lingkungan Kedung Kwali, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon.
CukX__ Mojokerto
JAM sudah menunjukkan pukul 07.00. Udara pagi itu cukup
terasa dan terlihat mendukung momentum besar Pilpres 2009. Beberapa warga di Lingkungan Kedungkwali Gang IX Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto tampak berjalan kaki menuju lokasi TPS 6. Tetapi ada juga diantara mereka yang menggunakan motor.
Tidak sulit menemukan lokasi TPS itu. Hanya butuh waktu dengan berjalan kaki sekira 5 menit dari depan gang. Begitu memasuki Lingkungan Kedungkwali Gang IX Kelurahan Miji, pandangan mata akan tertuju pada TPS 6, di pekarangan warga setempat.
Betapa tidak, TPS dihias dengan unik. Berbagai sayuran dan kerupuk ada di sana. Sebuah tenda tampak berdiri kokoh dengan tanaman hias gantung
yang memanfaatkan media pot, yang terbuat dari botol plastik di sekitarnya.
Di bawah tenda, berjejer kerupuk berukuran besar yang digantung dengan menggunakan tali. Kerupuk-kerupuk dengan ukuran diameter sekitar 30 sentimeter tersebut terbungkus plastik transparan.
Di bagian tepi tenda, berbagai macam sayuran seperti terong, ubi jalar dan aneka sayuran lainnya tampak terpajang di tenda berwarna hijau. Di kanan, dua jeriken minyak tanah dan tiga tabung elpiji ukuran lima kilogram juga ikut dipasang.
’’Selamat datang bagi para pemilih yang sudah hadir, silakan daftar terlebih dahulu dan mengambil kertas suaranya, ingat suara kita menentukan masa depan bangsa lima tahun mendatang,’’ ujar Ketua KPPS setempat, Ahmad Syafi’i menyerukan kepada warga.
Mendengar instruksi dari Ketua KPPS, warga pun langsung mengambil surat suara dan menuju empat bilik masing-masing berukuran 1x1 meter. Proses pencontrengan ini tidak sampai memakan waktu lebih dari lima menit.
Ada yang mengatakan,’’Wah, seperti suasana kampung ya, apalagi banyak kerupuk, mungkin setelah memilih kerupuknya akan dibagikan. Jadi ingat
suasana pedesaan,’’ celetuk salah satu calon pemilih. Mendengar itu, para
petugas pun membalas dengan senyum ramah.
Sebagian warga mengungkapkan, mereka sangat senang dengan ide kreatif seperti ini. ’’Dengan menggunakan tema seperti ini, akan menjadikan pemilih semakin semangat ke TPS, sehingga angka golput berkurang,’’ ujar Rianto, salah seorang warga yang ikut memilih.
Memang, untuk mendekorasi TPS, butuh waktu seharian. Semua dikerjakan secara gotong-royong oleh warga setempat. Ada yang membantu pagi, siang atau malam. Dengan antusias, warga bekerja nyaris tanpa perintah. Ide dan gagasan pun mengalir begitu saja, dengan asas musyawarah untuk mufakat. ’’Saya hanya mengoordinasi usul teman-teman,’’ kata Achmad Syafi’i, ketua KPPS.
Selain ide dan gagasan, warga juga turut membantu untuk masalah pembiayaan. ’’Mereka sukarela membantu semata-mata ingin menyukseskan Pilpres,’’ ujarnya. Sejak awal, KPPS memang melibatkan warga dalam melakukan desain TPS yang akan mereka gunakan.
Pemilihan itu pun ada dasar filosofinya. Dipasang berbagai aneka sembako dengan alasan apakah pemerintah mampu mengendalikan harga sembako. ’’Presiden yang terpilih nanti apa juga harus bisa membuktikan apakah mampu membuat nelayan mencari ikan dengan mudah, pendidikan gratis, petani makmur sehingga seluruh masyarakat sejahtera. Itu pesan yang ingin kami sampaikan,’’ ujar Syafi’i.
Digunakan tiga elpiji serta dua jeriken yang dipinjam dari warga sekitar menurutnya adalah harapan warga agar program pemerintah yang melakukan konversi tidak membuat warga kesulitan.
Disebutkan Syafi’i, saat ini di TPS 6 ada 603 pemilih. ’’Alhamdulillah semuanya melakukan hak pilihnya di TPS ini, berarti semua peduli dengan masa depan bangsa,’’ ujarnya.
Tidak itu saja, setiap perhelatan demokrasi lima tahun, TPS 6 lalu menjadi jujugan para wartawan. Baik media cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan, setiap pemilihan baik pemilihan wali kota, pemilihan Gubernur, pemilihan legislatif hingga pilpres, di TPS ini selalu mendesain agar berbeda dengan TPS lainnya.
Tema yang mereka angkat pun berbeda-beda. Pada pemilihan wali kota lalu misalnya, di TPS ini menggunakan tema Gus-Yuk, sedangkan untuk tema gubernur dipilih tema pertanian. ’’Untuk pemilihan legislatif lalu dipilih caleg stres karena pasti banyak caleg yang gagal,’’ ujar Hani, 22, salah seorang petugas KPPS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar